Jenggawah Suara Jember News

Portal Beritanya Kec.Jenggawah, Kab.Jember

Home » KM 36 sampai 38 Jalur Gumitir Jember Paling Mematikan

KM 36 sampai 38 Jalur Gumitir Jember Paling Mematikan

Suara Jember News, Jember –Gumitir merupakan satu-satunya jalan lintas selatan yang menghubungkan Jember dengan Banyuwangi. Hingga Februari 2024 terdapat sejumlah kecelakaan.

Bahkan korbannya sampai meninggal dunia. Disinyalir Kilometer (KM) 36 sampai 38 menjadi lokasi paling berbahaya. Ada apa sebenarnya?

Kecelakaan sering terjadi di Jalur Gumitir, penghubung Jember dengan Banyuwangi. Penyebabnya bervariasi.

Baca Juga : Nganjuk Kota CB!!! Lho Gak Bahaya Ta?

Ada yang karena human error, karena kondisi kendaraan, dan ada yang disebabkan pengendaranya tidak sabar.

Di sisi lain, belum sadarnya para sopir yang mendahului kendaraan lain di jalan yang menikung atau marka jalan yang tidak putus juga menyambang terjadinya kecelakaan.

Untuk itu, perlu kesadaran tinggi dan kesabaran saat melintas di Gumitir. Stop segera mengantar nyawa di jalur mematikan itu.

Khusus para sopir, ketika hendak mendahului di Jalur Gumitir selayaknya memperhatikan kendaraan dari arah berlawanan.

Sebab, di lokasi bisa dengan mudah dijumpai sopir yang nekat mendahului kendaraan lain tanpa memperhatikan kendaraan di depannya.

Bahkan, menyalip sebelum melihat ke arah berlawanan. Ini akan semakin berbahaya di tikungan karena jarak antartikungan yang dekat.

Selain dikenal berbelok-belok, kondisi jalan di Jalur Gumitir juga naik turun. Selain itu, ada jurang yang dalam.

Ketika berpapasan dengan pengendara lain, bisa jadi akan menimbulkan kecelakaan dan pengendara lain akan menjadi korban.

Nah, yang cukup sering adanya sopir mendahului kendaraan yaitu di jalan setelah Stasiun TVRI dari arah Jember.

Selain kecelakaan dua kendaraan atau lebih, kecelakaan tunggal juga sering terjadi. Ini seperti kecelakaan yang disebabkan sopir mengantuk dan rem tidak berfungsi alias blong.

Ada juga kecelakaan karena kurang hati-hati. Seperti kecelakaan di sekitar Warung Kokap, sebuah dump truck yang mendalami kecelakaan dengan truk boks.

Ini karena sopir mendahului kendaraan lain dan berpapasan dengan kendaraan lain dari arah berlawanan.

Terdapat 61 Tikungan Tajam

DI Jalur Gumitir, mulai naik dari Makam Habib Ali, Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, hingga patung Gandrung, Desa Kalibaru Kulon, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi, terdapat banyak tikungan. Penelusuran Jawa Pos Radar Jember, sedikitnya ada 61 tikungan tajam sepanjang jalan itu.

Dari arah Jember, dari tugu selamat jalan atau selamat datang, sampai ke puncak Gumitir atau dikenal Watu Gudang, ada 16 tikungan. Sedangkan dari Watu Gudang hingga patung Gandrung ada 45 tikungan.

Sementara itu, lokasi kecelakaan terjadi di beberapa kilometer (KM) ini. Mulai dari tikungan tajam di KM 34 atau yang dikenal rumah Dinas eks Perhutani (RM Legian).

Kecelakaan yang sering terjadi kendaraan dari arah Jember ke Banyuwangi. Di KM 34 itu merupakan tikungan tajam dan jalan menanjak.

Biasanya sopir yang mengalami kecelakaan belum pernah melintasi Gumitir. Ada yang mengaku bahwa jalannya setelah belok kiri dari arah Jember langsung lurus, padahal jalannya menikung tajam.

Selain itu, sopir yang mengalami kecelakaan karena belum tahu medan atau tidak pernah melintas di Jalur Gumitir.

Di sepanjang Jalur Gumitir itu, selain jalannya berbelok-belok cukup tajam, juga terdapat jurang. Sehingga, ketika mengalami kecelakaan di jalur itu kendaraan biasanya masuk jurang.

Kecelakaan sering terjadi biasanya untuk kendaraan besar dan sudah tua. Ketika melintas di Jalur Gumitir dengan muatan berat dan tidak kuat di jalan tanjakan itu juga menjadi penyebabnya. Selain muatan berat dan mobil tua, muatan berat dan rem blong juga menjadi penyebabnya.

Di KM 36, atau lebih dikenal dengan sebutan tikungan Mbah Singo, juga sering terjadi kecelakaan tunggal. Kecelakaan tunggal itu sering terjadi sebelum jalannya diperbaiki.

Jalan aspal yang miring dan sempit. Dalam seminggu ketika musim tebangan kayu dan tebangan tebu bisa dipastikan kecelakaan tunggal itu di KM 36, Desa Sidomulyo, Silo. Terutama kendaraan berat dengan muatan tinggi seperti mengangkut kayu sengon dan tebu.

Kalau sudah muatan tinggi, bisa terguling di jalur tikungan Mbah Singo. Dalam sehari itu bisa terjadi dua kecelakaan di lokasi yang sama, yakni di tikungan Mbah Singo.

Kalau sudah ada kecelakaan hingga dua kendaraan di tikungan Mbah Singo, Jalur Gumitir akan tersendat. Sebab, laju kendaraan dari dua arah diberlakukan dengan sistem buka tutup.

Baca Juga : Pembersihan Rutin Rumput Liar Lapangan Desa Jatimulyo

Kecelakaan yang terakhir terjadi di jalur menikung tajam dan menurun, tepatnya di depan warung Kusnadi, 55. Sebuah truk Fuso P 8099 UF yang disopiri Budi Santoso, 67, warga Desa/Kecamatan Jatiroto, Lumajang, mengalami rem blong. Dalam peristiwa tersebut, sopir Fuso terjepit kabin dan meninggal dunia di lokasi kejadian.

Hingga berita ditulis, kemarin (18/2), bangkai Fuso yang mengalami kecelakaan masuk jurang sedalam 50 meteran itu hanya tinggal bagian mesin dan bannya. Kecelakaan yang terjadi di sekitar warung Kusnadi ini merupakan sejarah baru. Sebab, baru ada kecelakaan dengan sopir meninggal di lokasi baru.

Sumber Berita : radarjember.id
Iswahyudi02