Jenggawah Suara Jember News

Portal Beritanya Kec.Jenggawah, Kab.Jember

Home » Ini Dampak Penerapan SSA di Kampus Jember, Bagaimana Nasib PKL?

Ini Dampak Penerapan SSA di Kampus Jember, Bagaimana Nasib PKL?

Suara Jember News, Jember –Penerapan sistem satu arah (SSA) kawasan kampus Jember seperti ditarik ulur. Sebelumnya hanya di jam sibuk pagi dan sore.

Lalu, berubah menjadi 24 jam dan kembali lagi pada penerapan pagi dan sore.Baca Juga : Rapat Anggota Pegawai Desa Jatimulyo

Para pelaku usaha, khususnya pedagang kaki lima (PKL), pun kena imbasnya. Seperti sudah bisa ditebak, penghasilan akan menurun.

Rofi Paradila, salah satu PKL di Jalan Kalimantan, Sumbersari, mengaku pendapatannya menurun sejak penerapan SSA.

Dia menyebut, penurunan itu hampir 70 persen. Pendapatan turun itu terhitung dari jumlah pembeli yang terus berkurang.

“Omzet jelas menurun. Kalau dulu banyak yang beli, terutama sore,” katanya.

Saat ini, lanjut Rofi, pada jam tersebut tidak banyak pembeli mampir ke lapaknya. Rofi yang menjual kue moci sejak delapan bulan lalu itu merasakan perbedaan cukup besar.

Sebelum diterapkan SSA, pembeli yang didominasi anak muda itu sering membeli kue khas Jepang tersebut.

Tetapi, semenjak ada SSA, pembeli anak muda tidak sesering dulu.

“Delapan sampai 10 boks terjual karena ramai. Tetapi saat sepi seperti sekarang dua boks saja kadang tidak habis,” ungkapnya.

Menurutnya, SSA perlu dikaji ulang. Apalagi, ini juga mendekati bulan Ramadan. Jika tidak, dirinya dan PKL lain bisa saja terus merugi. Bahkan bisa gulung tikar.

“Kami inginnya kembali seperti dulu. Tidak ada lagi SSA. Jalanan dibiarkan kembali normal lagi,” pintanya.

Indra Prasetya, salah satu anggota paguyuban PKL Jember, juga menginginkan hal yang sama.Indra yang sehari-hari menjual minuman di kawasan dekat kampus itu juga ikut terdampak.

Meskipun dirinya membuka lapak dagangannya selatan Bundaran DPRD atau masuk di Jalan Sumatra.

“Walaupun tidak ada SSA di Jalan Sumatra, saya juga tetap terdampak. Kalau dulu, masyarakat yang lewat di bundaran itu dari banyak sisi. Otomatis, yang mampir dan membeli ke saya juga banyak. Tapi, setelah diberlakukan SSA, pembeli ikut menurun,” akunya.

Dia menerangkan, penerapan SSA itu seperti mematikan usaha PKL secara pelan-pelan.

Sebab, kebijakan itu tidak memberikan banyak pilihan pembeli untuk membeli jajanan PKL.

Dia mencontohkan, sebelum ada SSA, pembeli biasanya akan membeli sesuatu yang dirasa menarik dan dibutuhkan.

Meski yang dituju itu sudah terlewat, mereka rela putar balik.

Namun, saat SSA berlaku, pembeli lebih memilih membeli barang atau jajanan lainnya meskipun bukan sesuai keinginan awal.

“Rata-rata yang beli kan anak-anak muda seperti pelajar atau mahasiswa. Biasanya mereka bisa bolak-balik dan putar balik langsung. Nah, saat jam SSA, putar balik tentu tidak bisa. Kalau harus mengikuti jalur SSA, kebanyakan sudah malas. Karena satu putaran itu jaraknya jauh,” terangnya.

Baca Juga : WAH! Tak Ada Surat Suara Braille untuk Pileg, Ini Komentar KPU Jember

Bagi PKL seperti dirinya, SSA juga membuat ongkos pengeluaran seperti BBM bertambah. Terutama ketika harus membeli barang di toko saat jam SSA.

“Ya harus dikaji ulang. Yang tidak merepotkan masyarakat, tidak merepotkan kami juga,” pungkasnya.

Sumber Berita : radarjember.id
Iswahyudi02